Visi dan Misi

Ex Undis Sol, Di Balik Gelombang Ada Mentari | Pidato Visi Misi Budi Setiawan dan Rizal Firdaus*

Pidato Visi, Misi dan Program Prioritas Calon Walikota dan Wakil Walikota Bandung 2013-2018 | Oleh Budi Setiawan dan Rizal Firdaus*

ASSALAMUALAIKUM WR. WB
SALAM SEJAHTERA UNTUK SEMUA
SAMPURASUN!!!

Rajah Bubuka

Kepada Bapak Walikota dan Wakil Walikota Yang Saya Hormati. Kepada Ketua Dewan dan Wakil Ketua Dewan Yang saya Hormati. Bapak dan Ibu serta Saudara dan Saudari Anggota Dewan yang Saya Hormati. Hadirin dan Para Tamu Undangan yang saya Cintai. Para pendukung serta pecinta Budi Setiawan dan Rizal Firdaus yang sangat saya Muliakan. Juga kepada seluruh masyarakat kota Bandung yang saya dan wakil siapkan, dina niat sikap lampah polah nu ngabakti.

Alhamdulillah Wasyukrulillah,
Sebelumnya saya mohon izin untuk memperkenalkan diri. Nama saya Budi Setiawan. Sehari-hari dikenal sebagai Budi “Dalton” Setiawan. Pekerjaan saya adalah dosen sekaligus Ketua Program Studi Musik di Universitas Pasundan Bandung. Wakil saya adalah Rizal Firdaus. Beliau adalah seorang pegawai negeri yang saat ini bekerja untuk Pemerintah Provinsi Banten. Kami dicalonkan sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Bandung melalui jalur perseorangan dalam pemilihan kepala daerah Kota Bandung tahun 2013.

Selanjutnya izinkan saya berbicara di sini untuk mewakili sekitar 131.340 warga Bandung yang mencalonkan saya dan Rizal Firdaus sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota pada penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Kota Bandung tahun 2013. Kehadiran saya dan Rizal Firdaus di sini terutama adalah untuk menjalankan amanah konstitusi, sekaligus mewakili warga kota yang secara langsung mendukung pencalonan kami untuk menciptakan pemerintah kota Bandung yang dibentuk dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat.

Dalam kesempatan ini kami ingin kembali mengikrarkan dan menegaskan cita-cita kami bersama warga pendukung, yaitu visi “Seja ngabakti, sanes ngabati”. Pencalonan ini adalah semata-mata keinginan warga untuk mengabdi kepada kota Bandung tanpa sedikitpun maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Bersama warga pendukung kami juga menggelorakan gerakan “Salam Pacantel”, yaitu ajakan kepada seluruh lapisan warga kota Bandung untuk saling menghargai, mendukung dan bekerjasama bagi masa depan kota Bandung yang lebih baik. Salam Pacantel!

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung.

Izinkanlah saya mengutip ungkapan dari Rakyan Darmasiksa, sebagaimana terekam dalam surat Amanah Galunggung yang berasal dari abad ke-15:

Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke.

Dalam terjemahan bahasa Indonesia maknanya kira-kira adalah, “Ada masa lalu ada hari kini, bila tak ada masa lalu maka tak mungkin ada hari ini.

Siapa kita? Dari mana kita berasal? Ke mana kita akan menuju? Saya rasa ini adalah pertanyaan abadi yang perlu kita jawab secara bersama-sama.

Selain itu saya juga ingin mengutip sepenggal kalimat dari Uga Wangsit Siliwangi ayat ke-15 yang bunyinya kira-kira sebagai berikut:

Sing waspada! Sabab engké arinyana, bakal nyaram Pajajaran didongéngkeun. Sabab sarieuneun kanyahoan, saenyana arinyana anu jadi gara-gara sagala jadi dangdarat. Buta-buta nu baruta; mingkin hareup mingkin bedegong, ngaleuwihan kebo bulé. Arinyana teu nyaraho, jaman manusa dikawasaan ku sato!

Kutipan di atas menyiratkan bahwa manusia akan kehilangan kesadaran, terutama mengenai hubungan mereka yang sesungguhnya dengan alam. Melalui kepemilikan benda meterial di luar diri, kita kemudian hidup di dalam periode zaman di mana ego dan kekuasaan mendominasi watak peradaban dunia. Sementara itu pemahaman kita tentang waktu saat ini telah menjadi sesuatu yang terpisah dan berada di luar tubuh serta kesadaran kita. Waktu telah menjadi elemen yang harus kita awasi atau bahkan harus kita patuhi. Dalam ungkapan di atas tersirat pula sebuah perenungan, bahwa jika umat manusia ingin selamat dari kehancuran, kita harus kembali hidup dalam waktu yang alami. Kehancuran yang diakibatkan oleh percepatan perkembangan teknologi merupakan akibat dari pengingkaran atas hukum alam yang telah digantikan oleh dunia materi.

Selanjutnya dalam kesempatan ini, saya bermaksud untuk menyampaikan tiga hal utama yang saat ini tengah membayangi masa depan kota Bandung, yaitu gejala Amnesia Sejarah, Bunuh Diri Ekologi, dan Genosida Peradaban.

  • Amnesia Sejarah
    • Sejak dinobatkan sebagai kota terbuka pada tahun 1906, Bandung telah disebut sebagai pusat intelektual di Nusantara (het intellectueele centrum van Nederlandsch-Indie)1. Selain itu, kota Bandung juga telah menjadi saksi bagi berbagai peristiwa sejarah perkembangan bangsa-bangsa di dunia. Beberapa diantaranya adalah kelahiran Partai Nasional Indonesia (PNI) pada tahun 1927 yang ikut memicu pergerakan kemerdekaan Republik Indonesia (1945) dan Konferensi Asia Afrika yang melahirkan Dasa Sila Bandung (1955).
    • Dalam perkembangannya kota Bandung menjadi salah satu kota besar yang sangat penting di Indonesia. Proses sejarah yang mengalami keterputusan dengan era kolonial mengakibatkan proses pembangunan di kota ini sempat mengalami disorientasi. Saat ini kota Bandung terus tumbuh dan berkembang meski semakin berjarak dengan hubungan kesejarahan di masa lalu.
    • Salah satu dampak yang muncul dari situasi keterputusan adalah proses pembangunan yang ahistoris dan tidak berkelanjutan. Hal ini semakin dipersulit oleh gencarnya arus urbanisasi yang menciptakan kelompok masyarakat baru yang tidak memiliki hubungan kesejarahan dan rasa memiliki, sehingga identitas dan narasi sejarah warga kota seakan tergerus digantikan oleh situasi dan kompleksitas masa kini yang datang terus menerus tanpa henti. Dalam situasi ini kehidupan masyarakat kota seakan mengalami gejala amnesia permanen sehingga kota Bandung semakin kehilangan jati diri dan identitasnya.
  • Bunuh Diri Ekologi
    • Sejak pertama kali didirikan pada 25 September 1810, sampai saat ini kota Bandung telah mengalami beberapa babakan sejarah. Selama itu pula kota Bandung telah mengalami beberapa kali perluasan wilayah, dari yang semula hanya seluas 1.992 Ha (1906) sampai dengan saat ini yang luasnya mencapai 167.31 Ha (2011).
    • Sementara itu jumlah penduduk kota Bandung juga terus tumbuh dari waktu ke waktu. Berdasar data Gementee Bandoeng, pada tahun 1921 jumlah penduduk kota Bandung hanya ada sekitar 10.658 populasi. Sekarang jumlah penduduk kota Bandung telah tumbuh berkali lipat, yaitu sekitar 2.424.957 populasi (Data BPS 2011).
    • Dari luasan wilayah kota Bandung dan tingkat pertumbuhan populasi, saat ini kota Bandung dapat dikatakan sebagai kota yang memiliki tingkat kepadatan penduduk yang sangat tinggi, yaitu sebesar 14.494 jiwa per km2 (Data BPS 2011).
    • Selama beberapa tahun terakhir proses pembangunan di kota Bandung berjalan semakin pesat. Keberadaan jalan tol Cipularang yang diresmikan pada tahun 2005 semakin mendorong pertumbuhan ekonomi, meski pada perkembangannya ikut menekan daya dukung ekologi kota Bandung. Meski memiliki pertumbuhan ekonomi yang pesat, kondisi kota Bandung saat ini diwarnai oleh berbagai persoalan sosial dan lingkungan hidup; mulai dari masalah kemiskinan, kesenjangan ekonomi, krisis air, dan polusi udara.
    • Berkurangnya kualitas lingkungan di kota Bandung semakin parah dengan terbatasnya ruang terbuka hijau (RTH) yang berfungsi sebagai paru-paru kota. Berdasar data BPLH pada tahun 2007 luas RTH kota Bandung hanya sebesar 8.76% dari luas kota secara keseluruhan.
  • Genosida Peradaban
    • Apabila pada era kolonial pondasi ekonomi kota Bandung berasal dari sektor perkebunan, pada perkembangannya kemudian perekonomian kota Bandung sempat bersandar pada sektor manufaktur dan industri. Saat ini sebagian besar pertumbuhan ekonomi kota Bandung yang tinggi disumbang oleh sektor jasa dan perdagangan, selain pendidikan dan pariwisata. Selain itu, saat ini kegiatan ekonomi yang juga ditopang oleh sektor properti yang lebih banyak menguntungkan para pemilik modal. Hal ini ditandai dengan fenomena gentrifikasi, yaitu meningkatnya harga lahan dan properti yang terjadi secara eksesif.
    • Berdasarkan data-data yang dikumpulkan oleh BPS, laju pertumbuhan ekonomi kota Bandung pada tahun 2011 dan 2010 adalah berturut-turut 8.73% dan 8.45%. Laju pertumbuhan ini di atas laju pertumbuhan ekonomi nasional.
    • Meskipun memiliki laju pertumbuhan ekonomi yang tinggi, kesenjangan dan meningkatnya angka kemiskinan merupakan situasi sosial yang juga ikut berkembang di kota Bandung. Berdasar data BPS ada sekitar 97.586 keluarga miskin pada tahun 2011. Jumlah ini setara dengan kira-kira 370.826 jiwa. Sedangkan pada tahun 2008 ada 83.432 keluarga miskin.
    • Penyerapan tenaga kerja di Bandung mayoritas merupakan tenaga kerja lulusan SMK, yaitu sebesar 995 penempatan (BPS, 2011). Sedangkan untuk lulusan D3 dan S1 berturut-turut ada 109 dan 130 penempatan. Bila dilihat dari jumlah yang mendaftar lowongan, 1.874 pendaftar memiliki pendidikan terakhir STM/ SMK teknik, sedangkan untuk D3 dan S1 berturut-turut ada 340 dan 774. Dari data ini dapat disimpulkan bahwa penyerapan tenaga kerja di kota Bandung sebagian besar adalah bagi lulusan STM/ SMK. Sementara itu lapangan kerja bagi tenaga kerja terdidik lulusan perguruan tinggi sangat terbatas sehingga setiap tahun kota Bandung kehilangan sumber daya manusia (SDM) yang berkualitas karena sebagian besar memilih untuk bekerja di kota lain (brain drain).
    • Seperti yang telah diuraikan di atas, saat ini pertumbuhan ekonomi di kota Bandung memiliki ketimpangan yang luar biasa serta hanya menguntungkan pemilik modal dan pengusaha besar. Selain itu di kota Bandung juga terjadi gentrifikasi berupa meningkatnya harga lahan dan properti, selain bertambahnya ongkos produksi dan biaya hidup yang terus meningkat. Hal ini mengakibatkan sektor ekonomi kecil dan menengah (UKM) serta sektor informal mendapatkan tekanan serta tantangan yang luar biasa. Selain itu daya beli masyarakat menengah ke bawah juga semakin terbatas dari waktu ke waktu.
    • Sebagai dampak lanjutan dari kesenjangan ekonomi di kota Bandung adalah munculnya berbagai potensi konflik sosial yang berakar pada kemiskinan dan kecemburuan. Hal ini ditambah dengan proses pembangunan yang hanya menitikberatkan pada aspek pertumbuhan ekonomi serta kurang mempertimbangkan aspek pembangunan manusia dan kualitas lingkungan hidup yang baik. Akibatnya kohesi sosial masyarakat semakin berkurang dan interaksi keanekaragaman budaya di kalangan masyarakat semakin merenggang. Kota Bandung saat ini semakin rawan akan berbagai bentuk konflik dan gesekan.
    • Semakin melebarnya kesenjangan dan meluruhnya kualitas hidup mengancam kelangsungan peradaban yang selama ini telah tumbuh dan berkembang di kota Bandung. Hal ini tentu saja mengancam keberadaan kota Bandung di masa depan, serta kehidupan masyarakat yang telah menjadi saksi sekaligus pelaku dari berbagai jejak sejarah peradaban yang selama ini telah dibangun secara bersama-sama dalam kurun waktu yang sangat panjang.

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung.

Barangkali ada diantara Bapak-Bapak, Ibu-Ibu, serta Saudara – Saudari sekalian yang ingat dengan ungkapan, “Ex undis sol”, yang artinya kurang lebih adalah “di balik gelombang ada mentari.”

  • Ex Undis Sol
    • Adagium di atas adalah slogan Gemeente Kota Bandung yang diresmikan pada 1906. Maknanya dalam bahasa Indonesia secara umum adalah, “Di balik gelombang ada mentari.” Hal ini sekurangnya mencerminkan jati diri dan identitas kota Bandung yang menyiratkan semangat dan harapan ditengah segala tantangan yang ada. Dalam konteks ini, sekarang adalah saatnya untuk mengembalikan jati diri dan identitas kota Bandung yang telah digerus oleh perkembangan zaman. Sekarang adalah saatnya untuk kembali menghidupkan api harapan di kota Bandung. Demi masa depan dan kehidupan bersama yang lebih baik.
    • Dari berbagai kompleksitas persoalan yang demikian rumit, proses perbaikan kondisi dan masa depan kota Bandung harus diawali dengan pembentukan pemerintah yang bersih dan berwibawa. Bandung membutuhkan pemerintah yang jujur, tegas, serta dapat melayani kepentingan masyarakat luas. Selain itu kota Bandung juga membutuhkan pemerintah yang dapat menentukan arah sekaligus melakukan kontrol bagi proses pembangunan yang ada. Di luar semua itu, kota Bandung juga sangat membutuhkan dukungan serta partisipasi dari seluruh pemangku kepentingan dan masyarakatnya. Untuk itu Bandung satu bukan cita-cita, namun Bandung bersatu harus menjadi tujuan yang utama agar kita dapat menumbuhkan kembali harapan untuk kota Bandung secara bersama-sama.

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung. Selanjutnya saya akan meminta saudara Rizal Firdaus untuk menyampaikan Visi, Misi, serta Program Prioritas yang telah kami susun berdasarkan aspirasi warga pendukung serta para sesepuh kota Bandung yang ikut mendukung pencalonan kami.

ASSALAMUALAIKUM WR. WB
SALAM SEJAHTERA UNTUK SEMUA
SAMPURASUN!!!
SALAM PACANTEL!!!

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung. Perkenalkan nama saya Rizal Firdaus. Saya ditunjuk sebagai Wakil Walikota mendampingi Budi “Dalton” Setiawan yang didukung oleh 131.340 ribu warga Bandung. Hal ini merupakan sebuah kehormatan tertinggi, serta amanah yang harus diperjuangkan secara sungguh-sungguh dan sepenuh hati. Izinkan saya meneruskan paparan yang telah disampaikan oleh calon Walikota, Budi “Dalton” Setiawan.

Visi, Misi, dan Program Prioritas

Seja ngabakti, sanes bade ngabati; ameh Bandung genaheun deui.

Visi

Sebagai pasangan calon Walikota dan Wakil Walikota Bandung periode 2013 – 2018, Budi Setiawan & Rizal Firdaus memiliki lima visi (Panca Buana) sebagai berikut:

  1. Menegaskan jati diri dan identitas kota Bandung yang merupakan pusat bagi pengembangan nilai-nilai budaya yang luhur di Nusantara
  2. Menegaskan jati diri dan identitas kota Bandung sebagai kota terbuka yang menjadi rumah bagi seluruh komunitas warga masyarakat yang memiliki asal-usul serta latar belakang sosial, ekonomi, dan budaya yang beragam
  3. Menegaskan jati diri dan identitas kota Bandung sebagai kota yang menjamin kesejahteraan dan kualitas hidup yang baik bagi warganya
  4. Menegaskan jati diri dan identitas kota Bandung sebagai kota yang memiliki lingkungan dan ekosistem yang sehat serta berkelanjutan
  5. Menegaskan jati diri dan identitas kota Bandung sebagai pusat bagi kegiatan pendidikan dan ekonomi yang berbasis pada penguasaan terhadap ilmu pengetahuan, teknologi dan kreativitas; serta tradisi, sejarah, dan peninggalan budaya

Misi

Dalam rangka merealisasikan visi di atas, pasangan Budi Setiawan & Rizal Firdaus memiliki sepuluh misi (Dasa Bakti) sebagai berikut:

  1. Membangun pemerintah yang bersih dan berwibawa
  2. Meningkatkan akses dan partisipasi seluruh warga serta segenap pemangku kepentingan agar dapat terlibat dalam proses pembangunan dan menentukan masa depan kota Bandung secara bersama-sama
  3. Memenuhi hak ekonomi, sosial, dan budaya bagi segenap warga sebagai bagian dari upaya untuk meningkatkan kualitas hidup masyarakat di kota Bandung
  4. Meningkatkan akses terhadap kesehatan, gizi, air bersih, serta kualitas lingkungan yang baik dan berkelanjutan
  5. Meningkatkan akses terhadap pendidikan yang terjangkau dan berkualitas
  6. Meningkatkan akses dan peran perempuan dalam proses pembangunan kota Bandung
  7. Menciptakan lapangan kerja serta iklim investasi yang sehat dan berkeadilan bagi segenap warga kota dan masyarakat luas
  8. Mengembangkan infrastruktur kota dan sarana publik yang mudah diakses serta dapat dimanfaatkan oleh segenap warga kota Bandung; tak terkecuali anak-anak, kaum perempuan, orang tua, dan masyarakat difabel
  9. Meningkatkan luas ruang terbuka hijau sebanyak 30% dari luas kota Bandung secara keseluruhan
  10. Menumbuhkan harapan dan solidaritas diantara segenap warga kota untuk menciptakan masa depan kota Bandung yang lebih baik

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung. Atas dasar visi dan misi diatas, dengan ini kami sampaikan Program Prioritas yang merupakan aspirasi warga Bandung yang selama ini kami tampung, termasuk masukan dan arahan yang disampaikan oleh para sesepuh yang juga ikut mendukung pencalonan kami.

I. Reformasi Birokrasi

  • Menempatkan SDM yang profesional serta sesuai kompetensi melalui proses uji kelayakan dan kepatutan
  • Peningkatan peran perempuan dalam birokrasi pemerintahan kota Bandung dengan menambah jumlah birokrat perempuan
  • Meningkatkan kualitas kerja pegawai melalui perbaikan proses rekruitmen, promosi dan mutasi
  • Pengembangan proses perencanaan di berbagai sektor dengan melibatkan kaum intelektual dan masyarakat luas
  • Transparansi pengembangan program serta penentuan anggaran melalui e-government
  • Penguatan Tim Koordinasi Penanggulangan Kemiskinan (TKPK) kota Bandung dalam perannya mengurangi jumlah orang miskin
  • Menerapkan Undang-undang Nomor 25 Tahun 2009 tentang Pelayanan Publik secara konsisten

II. Perbaikan Infrastruktur Dasar

  • Peningkatan kualitas dan perawatan jalan untuk mengurangi kemacetan, kecelakaan dan meningkatkan daya saing kota, khususnya di bidang perdagangan dan mobilitas masyarakat
  • Revitalisasi sistem saluran air kota Bandung untuk menyelesaikan masalah banjir dan menghindari Bandung dari potensi bencana di masa yang akan datang
  • Pelaksanaan rencana tata-ruang dan kewilayahan secara tegas dan konsisten
  • Penetapan zona konservasi lingkungan dan budaya
  • Menyediakan fasilitas internet gratis di ruang publik untuk masyarakat luas

III. Perbaikan Kualitas Lingkungan Hidup

  • Pengembangan masterplan sumber-sumber air baku kota Bandung
  • Meningkatkan luasan Ruang Terbuka Hijau (RTH) dari yang semula 8.76% (Data BPLH 2007) menjadi 30%, sesuai persyaratan Undang-undang Nomor 26 Tahun 2007 tentang Penataan Ruang
  • Desentralisasi pengelolaan sampah kota
  • Revitalisasi bantaran sungai untuk memperbaiki kondisi aliran sungai sebagai salah satu upaya yang sistematis untuk mencegah banjir di kota Bandung
  • Relokasi warga yang tinggal di sekitar bantaran sungai dan wilayah banjir
  • Menciptakan lembaga dan sistem mitigasi kebencanaan untuk menangani masalah banjir dan situasi kebencanaan apabila diperlukan

IV. Kesehatan

  • Peningkatan peran & fungsi Posyandu
  • Peningkatan infrastruktur dan pelayanan kesehatan di tiap kecamatan, terutama perbaikan kualitas layanan serta fasilitas RSUD dan Puskesmas
  • Memperkuat dan menambah jumlah Puskesmas keliling serta tenaga ahlinya
  • Menyederhanakan alur birokrasi pelayanan kesehatan yang menggunakan surat keterangan tidak mampu dengan fasilitas Kartu Jagjag

V. Pendidikan

  • Optimalisasi Pusat Kegiatan Belajar Masyarakat (PKBM) untuk memperluas kesempatan belajar bagi masyarakat
  • Melakukan pengawasan yang ketat atas kualitas guru dan materi pendidikan
  • Meningkatkan program-program pelatihan formal dan informal untuk mengantisipasi pertumbuhan demografi, terutama guna meningkatkan pengetahuan dan keterampilan generasi muda
  • Meningkatkan kesejahteraan guru formal dan informal

VI. Ekonomi

  • Konsentrasi pada investasi ekonomi berbasis pengetahuan dan teknologi
  • Revitalisasi pasar tradisional sebagai jantung kegiatan ekonomi masyarakat
  • Menciptakan lapangan kerja baru di sektor ekonomi kreatif untuk menampung pekerja terdidik di kota Bandung serta menghadapi kebijakan Asean Economic Community (AEC) yang akan diberlakukan pada tahun 2015
  • Revitalisasi kawasan perniagaan di sekitar ruas Sudirman, Asia Afrika, Kosambi sampai dengan Cicadas untuk meningkatkan dan mengoptimalisasi kegiatan perdagangan di kota Bandung

VII. Sektor Sosial, Budaya dan Keagamaan

  • Memperkuat peran Forum Komunikasi Umat Beragama yang terdiri dari para pemuka agama, kaum intelektual dan tokoh masyarakat serta bertujuan untuk memelihara kerukunan antar umat beragama, sekaligus mengembangkan budaya keterbukaan dan toleransi diantara segenap masyarakat kota Bandung
  • Menyediakan ruang ekspresi budaya bagi masyarakat untuk meningkatkan perkembangan di bidang seni dan budaya, serta mengembangkan modal sosial dan intelektual masyarakat kota Bandung
  • Membangun museum sejarah kota Bandung sebagai pusat ilmu pengetahuan sejarah dan kebudayaan kota Bandung

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung. Demikian paparan Visi, Misi, serta Program Prioritas yang kami susun. Selanjutnya saya persilahkan kepada Budi “Dalton” Setiawan untuk melanjutkan.

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung. Demikian tadi paparan perkenalan, latar belakang pencalon, serta uraian visi, misi, serta program utama yang telah kami susun. Semoga apa yang kami sampaikan dapat menjadi bahan perenungan bagi Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung yang saya cintai.

Atas segala kekurangan dan kesalahan kami mohon maaf sebesar-besarnya.

Sebagai penutup saya ingin mengingatkan bahwa pencalonan kami secara langsung didukung oleh rakyat secara independen. Suara Rakyat adalah suara Tuhan. Kami berharap Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung dapat merestui pencalonan ini, ameh Bandung geunaheun deui.

Rajah Panutup

SAMPURASUN!!!
WABILAHITAUFIK WALHIDAYAH
WASSALAMAULAIKUM WR. WB

Bandung, 6 Juni 2013

Catatan kaki:

1. Haryoto Kunto, Semerbak Bunga di Bandung Raya, hal. 828 – 831. (P.T Granesia Bandung, cetakan pertama, 1986).

* Pidato ini dibacakan pada kegiatan penyampaian visi dan misi calon Walikota dan Wakil Walikota di hadapan anggota DPRD dan Warga Kota Bandung pada 6 Juni 2013 sebagai bagian dari tahapan Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) Kota Bandung 2013

One thought on “Visi dan Misi

  1. Pingback: Saya Dukung Budi Dalton Untuk Melawan Kuasa Gelap Yang Menghantui Bandung | _disinformasi

Leave a comment