Rajah Mang Ayi Kanggo Budi Dalton Sareng Rizal Firdaus

Mang Ayi Ruhiyat, seniman pantun dari Subang menyampaikan dukungannya dalam bentuk Rajah. Dalam pengertian umum, Rajah adalah sebentuk doa bagi masyarakat Sunda. Mang Ayi berharap Budi “Dalton” Setiawan dan Rizal Firdaus dapat menjadi pemimpin Bandung agar kebudayaan dapat berkembang baik di kota ini. Setelah merekam video ini Mang Ayi mengirimkan pesan untuk Budi yang isinya sebagai berikut, “Mugia patekadan Kang Budi, ginulur karahayuan, ginanjar karaharjaan, sapamunut ginuluran, sapamaksad tinekanan. Rancage tur gede hate. Cag ah!”

Cantelkeun Raga, Cantelkeun Rasa. Salam Pacantel! Pilih Budi Dalton ~ Rizal Firdaus

Warga Bandung, hayu urang pagetkeun persatuan jeung kesatuan urang. Urang usaha sabisa urang, saaya urang. Usaha sauyunan, sabilulungan ngarojong Budi Setiawan jeung Rizal Firdaus jadi pupuhu Bandung keur kapayun ameh Bandung geunaheun deui.

Kepada warga Bandung, mari kita teguhkan persatuan dan kesatuan. Kita usaha semaksimal mungkin. Bersama-sama, gotong royong mendukung Budi Setiawan dan Rizal Firdaus untuk menjadi pemimpin Bandung agar kota ini kembali menjadi kota yang nyaman untuk warganya.

Bersama-sama, babarengan jangan lupa datang ke TPS masing-masing. Hari Minggu, 23 Juni 2013. Pilih pasangan nomor 7. Budi Setiawan dan Rizal Firdaus.

Cantelkeun Raga, Cantelkeun Rasa. Salam Pacantel!

Kesaksian Rakjat Djelita Untuk Budi Setiawan ~ @budi_dalton | Part. 2

Rani Iroh bersaksi bahwa Budi Setiawan adalah figur yang dekat dengan berbagai kalangan masyarakat. Dia berharap bahwa pencalonan Budi Setiawan sebagai calon Walikota Bandung membawa manfaat bagi warga, terutama anak cucu di masa depan. Sementara Etna Melani merindukan pemimpin yang dekat dengan masyarakat lapisan bawah. Dia berharap kepemimpinan Budi Setiawan dapat berbaur dengan warga di berbagai wilayah, serta membangun potensi kreativitas di Kota Bandung. Etna juga berpendapat bahwa sebaiknya kota Bandung dipimpin oleh Walikota yang independen, non-partai, dan punya latar belakang kesenian karena Bandung adalah kota seni.

Kesaksian Rakjat Djelita Untuk Budi Setiawan ~ @budi_dalton | Part. 1

Kesaksian tentang Budi “Dalton” Setiawan dari Tina dan Teh Ike. Keduanya mendukung Budi Setiawan untuk maju menjadi calon Walikota Bandung. Tina sudah pusing dengan dunia politik. Menurutnya lebih baik memilih pemimpin independen yang bebas dari kepentingan politik. Sementara Teh Ike berpendapat bahwa ada banyak kelebihan Budi Setiawan yang tidak diketahui oleh masyarakat luas. Salah satunya adalah aktivitas Budi Setiawan di berbagai komunitas warga di kota Bandung.

Ngobrol Bareng Mang Budi Dalton | Part. 5

Anton Abox dan Man Jasad melanjutkan diskusi dengan Budi Setiawan dan Rizal Firdaus. Kali ini mereka membicarakan masalah lingkungan Kota Bandung, mulai dari masalah sampah, banjir, sampai dengan ruang terbuka hijau (RTH). Budi Setiawan memberi penekanan bahwa perbaikan kondisi lingkungan harus disertai dengan perubahan pola pikir dan perilaku warga. Sementara pemerintah juga harus serius menangani masalah lingkungan, termasuk mengimplementasikan tata ruang dan kewilayahan secara terintegrasi dan konsisten.

Ngobrol Bareng Mang Budi Dalton | Part. 4

Kali ini Anton Abox dan Man Jasad diskusi tentang seni dan budaya di kota Bandung. Sebelum bicara soal seni dan budaya, Budi Setiawan menjelaskan bahwa penting juga menjaga kerukunan umat beragama. Sementara kegiatan seni dan budaya juga harus didukung karena itu sudah jadi identitas kota Bandung sejak lama. Dalam hal ini Rizl Firdaus menekankan bahwa peran birokrasi sangat penting untuk mengembangkan seni dan budaya di Bandung. Untuk itu kita butuh birokrat yang kompeten dan profesional di bidangnya.

Ngobrol Bareng Mang Budi Dalton | Part. 3

Anton Abox kembali berkunjung ke rumah Budi Setiawan bersama Man Jasad. Kali ini mereka menanyakan masalah jalan berlubang di kota Bandung. Bersama Rizal Firdaus, mereka kemudian membicarakan berbagai hal yang terkait dengan masalah infrastruktur Kota Bandung bersama alternatif solusinya. Salah satu upaya yang paling penting adalah menciptakan pemerintah yang bersih dan melayani kebutuhan masyarakat.

Ngobrol Bareng Mang Budi Dalton | Part. 2

Budi Setiawan dan Rizal Firdaus melanjutkan obrolan tentang masalah-masalah kota Bandung bersama Anton Abox dan Man Jasad. Kali ini mereka berdiskusi tentang pedagang kaki lima (PKL). Sebagai bagian dari warga kota Bandung keberadaan PKL juga harus diperhatikan walaupun selama ini usaha mereka kerap dianggap mengganggu ketertiban. Rizal Firdaus menekankan bahwa keberadaan PKL harus tertata baik agar mereka bisa berdagang dengan nyaman dan manusiawi, sementara pelanggan dapat berbelanja secara leluasa tanpa harus mengganggu ketertiban umum. Dalam hal ini Budi Setiawan berpendapat bahwa kegiatan ekonomi kota Bandung harus sesuai dengan karakteristik kota, selain memberi manfaat langsung kepada warga Kota Bandung.

Ngobrol Bareng Mang Budi Dalton | Part. 1

Dalam rangka mencari informasi tentang pemilihan Walikota Bandung, Anton Abox berkunjung ke rumah Budi Setiawan sambil ditemani oleh Man Jasad. Kebetulan Rizal Firdaus sedang ada di rumah Budi Setiawan. Dia adalah calon Wakil Walikota yang selama ini mendampingi Budi Setiawan yang lebih dikenal sebagai Budi Dalton. Dalam kesempatan ini Anton Abox menanyakan apa saja solusi yang ditawarkan oleh Budi Setiawan untuk mengatasi kemacetan di Kota Bandung bila terpilih jadi Walikota Bandung.

Ex Undis Sol, Di Balik Gelombang Ada Mentari | Pidato Visi Misi Budi Setiawan dan Rizal Firdaus

Pidato Visi, Misi dan Program Prioritas Calon Walikota dan Wakil Walikota Bandung 2013-2018 | Oleh Budi Setiawan dan Rizal Firdaus*

ASSALAMUALAIKUM WR. WB
SALAM SEJAHTERA UNTUK SEMUA
SAMPURASUN!!!

Rajah Bubuka

Kepada Bapak Walikota dan Wakil Walikota Yang Saya Hormati. Kepada Ketua Dewan dan Wakil Ketua Dewan Yang saya Hormati. Bapak dan Ibu serta Saudara dan Saudari Anggota Dewan yang Saya Hormati. Hadirin dan Para Tamu Undangan yang saya Cintai. Para pendukung serta pecinta Budi Setiawan dan Rizal Firdaus yang sangat saya Muliakan. Juga kepada seluruh masyarakat kota Bandung yang saya dan wakil siapkan, dina niat sikap lampah polah nu ngabakti.

Alhamdulillah Wasyukrulillah,
Sebelumnya saya mohon izin untuk memperkenalkan diri. Nama saya Budi Setiawan. Sehari-hari dikenal sebagai Budi “Dalton” Setiawan. Pekerjaan saya adalah dosen sekaligus Ketua Program Studi Musik di Universitas Pasundan Bandung. Wakil saya adalah Rizal Firdaus. Beliau adalah seorang pegawai negeri yang saat ini bekerja untuk Pemerintah Provinsi Banten. Kami dicalonkan sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota Bandung melalui jalur perseorangan dalam pemilihan kepala daerah Kota Bandung tahun 2013.

Selanjutnya izinkan saya berbicara di sini untuk mewakili sekitar 131.340 warga Bandung yang mencalonkan saya dan Rizal Firdaus sebagai calon Walikota dan Wakil Walikota pada penyelenggaraan Pemilihan Kepala Daerah Kota Bandung tahun 2013. Kehadiran saya dan Rizal Firdaus di sini terutama adalah untuk menjalankan amanah konstitusi, sekaligus mewakili warga kota yang secara langsung mendukung pencalonan kami untuk menciptakan pemerintah kota Bandung yang dibentuk dari Rakyat, oleh Rakyat, dan untuk Rakyat.

Dalam kesempatan ini kami ingin kembali mengikrarkan dan menegaskan cita-cita kami bersama warga pendukung, yaitu visi “Seja ngabakti, sanes ngabati”. Pencalonan ini adalah semata-mata keinginan warga untuk mengabdi kepada kota Bandung tanpa sedikitpun maksud untuk mendapatkan keuntungan pribadi. Bersama warga pendukung kami juga menggelorakan gerakan “Salam Pacantel”, yaitu ajakan kepada seluruh lapisan warga kota Bandung untuk saling menghargai, mendukung dan bekerjasama bagi masa depan kota Bandung yang lebih baik. Salam Pacantel!

Bapak-Bapak dan Ibu-Ibu, Saudara–Saudari para pendukung, serta masyarakat Bandung.

Izinkanlah saya mengutip ungkapan dari Rakyan Darmasiksa, sebagaimana terekam dalam surat Amanah Galunggung yang berasal dari abad ke-15:

Hana nguni hana mangke, tan hana nguni tan hana mangke.

Dalam terjemahan bahasa Indonesia maknanya kira-kira adalah, “Ada masa lalu ada hari kini, bila tak ada masa lalu maka tak mungkin ada hari ini.

Siapa kita? Dari mana kita berasal? Ke mana kita akan menuju? Saya rasa ini adalah pertanyaan abadi yang perlu kita jawab secara bersama-sama.

Selain itu saya juga ingin mengutip sepenggal kalimat dari Uga Wangsit Siliwangi ayat ke-15 yang bunyinya kira-kira sebagai berikut:

Sing waspada! Sabab engké arinyana, bakal nyaram Pajajaran didongéngkeun. Sabab sarieuneun kanyahoan, saenyana arinyana anu jadi gara-gara sagala jadi dangdarat. Buta-buta nu baruta; mingkin hareup mingkin bedegong, ngaleuwihan kebo bulé. Arinyana teu nyaraho, jaman manusa dikawasaan ku sato!

Kutipan di atas menyiratkan bahwa manusia akan kehilangan kesadaran, terutama mengenai hubungan mereka yang sesungguhnya dengan alam. Melalui kepemilikan benda meterial di luar diri, kita kemudian hidup di dalam periode zaman di mana ego dan kekuasaan mendominasi watak peradaban dunia. Sementara itu pemahaman kita tentang waktu saat ini telah menjadi sesuatu yang terpisah dan berada di luar tubuh serta kesadaran kita. Waktu telah menjadi elemen yang harus kita awasi atau bahkan harus kita patuhi. Dalam ungkapan di atas tersirat pula sebuah perenungan, bahwa jika umat manusia ingin selamat dari kehancuran, kita harus kembali hidup dalam waktu yang alami. Kehancuran yang diakibatkan oleh percepatan perkembangan teknologi merupakan akibat dari pengingkaran atas hukum alam yang telah digantikan oleh dunia materi.

Continue reading